Malam ini aku punya setumpuk rindu.
Yang menggeliat dari dasar jiwa yang rapuh, mengetuk-ngetuk pintu rumahmu. Melalap habis isi kepala yang riuh
Malam ini aku punya setumpuk rindu, yang mungkin tak akan pernah terpuaskan.
Aku rindu pada 2 kucingku yang duluKucing putihku telah mati, sedang yang satu entah kemana pergi, atau mungkin memang sengaja dibuang ayahku.. aku rindu rengekan mereka saat subuh seolah membangunkan aku dr tidur lelap, dan menyuruhku bersiap untuk menjadi kuat pada hari-hari suram itu.
Aku rindu nenekku. Telah lama ia kembali pada Sang Pencipta.
Aku rindu dibelikan baju tidur saat mudik lebaran. Aku rindu ia omeli ketika tidak sengaja minum dg tangan kiri. Aku rindu aroma khas tubuh tua renta, kasur lapuk, dan kamar lembab nenekku.. ah.. mungkin ibuku lebih merindukannya.
Aku rindu rutinitasku tepat setahun yg lalu dari sekarang. Aku rindu menjalani hari-hariku dg senyum sumringah khas gadis yg sedang kasmaran. Aku rindu kau nyanyikan lagu-lagu pilu. Aku rindu gelak tawamu saat mendengar cerita-ceritaku.
Apa kau tau terbuat dari apa rindu itu?
Sepertiga dari rindu adalah rasa sesal.
Menyesal tidak menghargai tiap detik yang kuisi bersamamu, bersama mereka.
Sepertiga lagi adalah perpisahan. Ya, karna tanpa perpisahan tak mungkin timbul yang namanya rindu. Aku benci kata itu. Tapi mereka bilang, perpisahan adalah milik semua yg bernyawa di semesta ini.
Dan sisanya adalah kekosongan. Kekosongan ku saat ini yg berharap bisa diisi dg kenangan-kenangan itu lagi, bersamamu, bersama mereka.
Temanku bilang bahwa Tuhan akan mengosongkan hatimu untuk mengisinya dg yang baru, yang lebih baik. Aku setuju. Dengan syarat bahwa itu benar kosong.
Tapi bagaimana dengan rumpang?
Bisakah dahan yang tlah patah kau sambung lagi ?
Gelas yg pecah kau satukan lagi?
Dan paku yg tlah tertanam kau cabut tanpa meninggalkan lubang ?
Mungkin aku meragukanmu.
Tapi Tuhan lain cerita.
Entah apa skenario selanjutnya..
Ku biarkan Tuhan merampungkan apa yg rumpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar